Jaya Ramba, Ketua Lembaga Sastra Dayak Raih Penghargaan Darjah Kebesaran Ahli Bintang Kenyalang
"Jaya Ramba, Lembaga Sastra Dayak, sastra dayak, Ahli Bintang Kenyalang"
![]() |
Jaya Ramba. Dok LSD |
KUCHING, SARAWAK — Dunia sastra Borneo kembali mencatatkan sejarah. Ketua Lembaga Sastra Dayak, Jaya Ramba, dianugerahi Darjah Kebesaran Ahli Bintang Kenyalang (A.B.K.) bersempena Hari Jadi ke-79 Tuan Yang Terutama Yang di-Pertua Negeri Sarawak tahun 2025. Dari lebih enam puluh penerima anugerah tahun ini, Jaya menjadi satu-satunya tokoh sastra Dayak yang memperoleh kehormatan tersebut — sebuah pengakuan penting terhadap perjuangannya menjaga budaya dan sastra di bumi Borneo.
Upacara penganugerahan yang berlangsung di Astana Negeri
Sarawak itu penuh suasana khidmat dan kebanggaan. Saat nama Jaya Ramba
diumumkan sebagai penerima Ahli Bintang Kenyalang, tepuk tangan panjang
menggema di ruang istana — bukan sekadar untuk dirinya, tetapi juga sebagai
penghormatan bagi masyarakat Dayak yang terus mempertahankan warisan sastra
mereka di tengah arus modernisasi.
“Penghargaan ini bukan untuk saya pribadi, melainkan
pengakuan atas perjuangan sastra Dayak agar tidak hilang ditelan zaman,” ujar
Jaya dengan nada rendah hati usai acara penganugerahan.
Konsistensi Seorang Penggerak Budaya
Lebih dari dua dekade berkecimpung di dunia sastra dan
budaya, Jaya Ramba dikenal luas sebagai sosok yang gigih memperjuangkan
eksistensi sastra Dayak melalui karya-karya kreatifnya. Ia menulis novel,
cerpen, puisi, dan esai yang menggali akar tradisi Dayak serta realitas sosial
masyarakat Kalimantan dan Sarawak masa kini.
Sebagai Ketua Lembaga Sastra Dayak, Jaya menjadikan sastra
sebagai jembatan antara generasi muda dan warisan leluhur. Salah satu program
unggulannya adalah “Sastra Masuk Longhouse”, sebuah inisiatif literasi yang membawa
pelatihan menulis dan membaca ke pedalaman, menjadikan bahasa daerah dan cerita
rakyat sebagai bahan belajar serta sumber inspirasi kreatif bagi anak muda.
“Ketika budaya mati, bangsa kehilangan jati dirinya. Sastra
adalah napas yang menjaga identitas tetap hidup,” ucapnya dalam sebuah
wawancara terdahulu.
Pengakuan untuk Borneo
Penganugerahan Ahli Bintang Kenyalang kepada Jaya Ramba
membawa makna yang mendalam — menandai semakin terbukanya pengakuan negara
terhadap kerja-kerja budaya di tingkat akar rumput. Pemerhati sastra dan budaya
Borneo, Wisnu Pamungkas, menilai bahwa penghargaan ini memperkuat posisi sastra
Dayak dalam khazanah intelektual dan spiritual masyarakat Sarawak.
Sementara itu, Masri Sareb Putra, MA, sastrawan Angkatan
2000 Indonesia mengatakan, “pembangunan bukan hanya tentang infrastruktur,
tetapi juga tentang roh budaya yang menghidupkan masyarakatnya. Tokoh seperti
Jaya Ramba mengingatkan kita bahawa karya sasetra juga adalah bentuk
pembangunan bangsa.”
Amanah untuk Generasi Muda
Meski menerima gelar kehormatan, Jaya tidak melihat
penghargaan ini sebagai akhir dari perjuangan, melainkan sebagai amanah baru
untuk terus memperluas jaringan penulis Dayak dan memperkuat posisi sastra
Borneo di tingkat nasional maupun regional.
Di bawah kepemimpinannya, Lembaga Sastra Dayak kini tengah
mempersiapkan penerbitan antologi dwibahasa berjudul “Suara dari Rimba”, yang
menghimpun karya para penulis muda dari berbagai subetnis Dayak di Kalimantan
dan Sarawak. Ia berharap antologi ini menjadi bukti nyata bahwa sastra Dayak
terus hidup dan berkembang lintas generasi.
“Penghargaan ini menjadi pengingat untuk bekerja lebih
keras. Kehormatan sejati bukan pada medali, tetapi pada keberlanjutan karya dan
semangat yang tidak pernah padam,” tutupnya dengan mantap.
Dengan semangat yang tak pernah surut, Jaya Ramba kini
menjadi simbol kebangkitan sastra Dayak — bukti bahwa akar budaya Borneo mampu
menjulang tinggi hingga mencapai langit Kenyalang (ikntime.com)