+6281931384789 Jl. Merdeka Timur No.KM 4, Mungguk, Kec. Sekadau Hilir, Kab. Sekadau, Kalbar 79516
Launching Buku Antologi Tembawang
Lupung Cafe-ITKK, October 31, 2025, Sekadau, West Kalimantan
Judul Gambar 1
Judul Gambar 1 Caption penjelasan gambar 1
Judul Gambar 2
Judul Gambar 2 Penjelasan isi gambar 2 dan shrink aktif
Home Artikel Pengumuman Program

Ini Kata Panitia tentang Jadwal Pengumuman Pemenang Lomba Cerpen Tembawang


Panitia Lomba Cerpen Tembawang menyampaikan bahwa pengumuman pemenang lomba Cerpen Tembang Antar negara akan dilaksanakan pada akhir November 2025. Saat ini, naskah-naskah terpilih sedang memasuki tahap seleksi administrative dan keaslian naskah, sebelum memasuki babak penjurian akhir oleh tim juri lintas negara. Pengumuman akan dipublikasikan secara resmi melalui portal Lembaga Sastra Dayak (LSD) dan dikirim langsung ke email peserta yang lolos seleksi.

"Panitia masih berkoordinasi dengan tim Malaysia untuk menentukan tanggal pengumuman final," ujar Matius, salah satu panitia lomba. Ia menambahkan bahwa dari ratusan naskah yang diterima, proses seleksi berjalan ketat karena banyak kiriman yang tidak sesuai format. "Meski ini lomba cerpen, kami menerima esai, artikel bahkan laporan naratif. Namun antusiasmenya luar biasa," kata Matius.

Menulis untuk Menyelamatkan Hutan

Jika hutan bisa bercerita, Tembawang adalah naskah terakhirnya. Dari kalimat puitis itu, lahir sebuah gerakan sastra lintas batas negara: Lomba Cerpen Tembawang, yang diluncurkan pada 20 Mei 2025. Inisiatif ini digerakkan oleh sastrawan dan jurnalis Dayak dari Indonesia dan Malaysia, sebagai upaya bersama menyelamatkan budaya dan ekologi yang makin terpinggirkan.

Salah satu penggagasnya, Alexander Mering, menyebut lomba ini sebagai “tindakan kecil yang vital.” Dalam pernyataan persnya pada 5 Juni 2025, Mering menyampaikan bahwa Tembawang bukan sekadar tema—tetapi simbol warisan hidup masyarakat Dayak yang kini nyaris punah.

“Tembawang adalah ruang kosmologis. Ia menyimpan ingatan kolektif, identitas budaya, hukum adat. Tapi kini semua itu berada di ujung tanduk—karena kebijakan negara yang abai, dan karena kita sendiri makin menjauh dari akar,” tegas Mering.

Seleksi Ketat, Naskah dari Dua Negara

Antusiasme tinggi dari penulis se-Kalimantan dan Sarawak Malaysia terlihat dari ratusan naskah yang masuk ke panitia. Namun, proses seleksi administratif cukup menantang.

“Banyak naskah yang masuk bukan cerpen. Ini membuat kami harus melakukan penyaringan ekstra sebelum menyerahkannya ke dewan juri,” jelas Matius. Seleksi tahap awal ini dipimpin oleh panitia lokal, yang kemudian menyerahkannya ke para juri, termasuk sastrawan senior dan akademisi Dayak, Masri Sareb Putra.

“Pada 26 Juli kemarin panitia mulai menyortir naskah-naskah yang sudah masuk. Panitia harus teliti untuk memastikan keaslian, kesesuaian dengan tema, dan kualitasnya,” ujar Masri. 

Menulis adalah Perlawanan

Lomba ini bukan hanya soal sastra. Ini adalah bagian dari gerakan literasi untuk menghidupkan kembali ruang-ruang pengetahuan tradisional. “Literasi bisa jadi alat pengingat sekaligus perlawanan. Lewat cerita, kita melawan lupa, melawan penghapusan budaya. Kita menyelamatkan yang tersisa,” tutup Mering.

 

Tertarik untuk mendaftar?

Dapatkan info LSD sekarang!