Ini Kata Panitia tentang Jadwal Pengumuman Pemenang Lomba Cerpen Tembawang
Panitia Lomba Cerpen Tembawang menyampaikan bahwa pengumuman pemenang lomba Cerpen Tembang Antar negara akan dilaksanakan pada akhir November 2025. Saat ini, naskah-naskah terpilih sedang memasuki tahap seleksi administrative dan keaslian naskah, sebelum memasuki babak penjurian akhir oleh tim juri lintas negara. Pengumuman akan dipublikasikan secara resmi melalui portal Lembaga Sastra Dayak (LSD) dan dikirim langsung ke email peserta yang lolos seleksi.
"Panitia masih berkoordinasi dengan tim Malaysia untuk
menentukan tanggal pengumuman final," ujar Matius, salah satu panitia
lomba. Ia menambahkan bahwa dari ratusan naskah yang diterima, proses seleksi
berjalan ketat karena banyak kiriman yang tidak sesuai format. "Meski ini
lomba cerpen, kami menerima esai, artikel bahkan laporan naratif. Namun
antusiasmenya luar biasa," kata Matius.
Menulis untuk Menyelamatkan Hutan
Jika hutan bisa bercerita, Tembawang adalah naskah
terakhirnya. Dari kalimat puitis itu, lahir sebuah gerakan sastra lintas
batas negara: Lomba Cerpen Tembawang, yang diluncurkan pada 20 Mei 2025.
Inisiatif ini digerakkan oleh sastrawan dan jurnalis Dayak dari Indonesia dan
Malaysia, sebagai upaya bersama menyelamatkan budaya dan ekologi yang makin
terpinggirkan.
Salah satu penggagasnya, Alexander Mering, menyebut lomba
ini sebagai “tindakan kecil yang vital.” Dalam pernyataan persnya pada 5
Juni 2025, Mering menyampaikan bahwa Tembawang bukan sekadar tema—tetapi simbol
warisan hidup masyarakat Dayak yang kini nyaris punah.
“Tembawang adalah ruang kosmologis. Ia menyimpan ingatan
kolektif, identitas budaya, hukum adat. Tapi kini semua itu berada di ujung
tanduk—karena kebijakan negara yang abai, dan karena kita sendiri makin menjauh
dari akar,” tegas Mering.
Seleksi Ketat, Naskah dari Dua Negara
Antusiasme tinggi dari penulis se-Kalimantan dan Sarawak
Malaysia terlihat dari ratusan naskah yang masuk ke panitia. Namun, proses
seleksi administratif cukup menantang.
“Banyak naskah yang masuk bukan cerpen. Ini membuat kami harus
melakukan penyaringan ekstra sebelum menyerahkannya ke dewan juri,” jelas Matius.
Seleksi tahap awal ini dipimpin oleh panitia lokal, yang kemudian
menyerahkannya ke para juri, termasuk sastrawan senior dan akademisi Dayak, Masri
Sareb Putra.
“Pada 26 Juli kemarin panitia mulai menyortir naskah-naskah yang sudah masuk. Panitia harus teliti untuk memastikan keaslian, kesesuaian dengan tema, dan kualitasnya,” ujar Masri.
Menulis adalah Perlawanan
Lomba ini bukan hanya soal sastra. Ini adalah bagian dari
gerakan literasi untuk menghidupkan kembali ruang-ruang pengetahuan
tradisional. “Literasi bisa jadi alat pengingat sekaligus perlawanan. Lewat
cerita, kita melawan lupa, melawan penghapusan budaya. Kita menyelamatkan yang
tersisa,” tutup Mering.